Situasi Awal

Pada awalnya masyarakat yang ada di desa Sibaruang, kecamatan Lumban Julu, kabupaten Toba PulopuloSamosir ini, masih menganut agama nenek moyang. Situasinya masih sepi karena penduduk masih sedikit. Kampung ini sangat terpencil dan jauh dari keramaian. Beberapa tahun kemudian, jumlah penduduk semakin bertambah sehingga semakin ramai. Pada umumnya anak rantau yang datang ke tempat ini. Seperti kata pepatah, di mana bumi dipijak di situ pula langit dijungjung. Hal inilah yang tengah dirasakan oleh penduduk yang datang merantau ke desa Sibaruang Pulopulo ini.

Stasi yang paling jauh dari paroki ini berdiri tahun 1956. Umat perdana berjumlah 11 KK dengan 55 jiwa. Stasi ini terletak di desa Sibaruang dan umat yang menyebarkan katolik pertama adalah Oberlin Nadapdap. Di tahun 1958 mereka berhasil mendirikan sebuah bangunan gereja darurat dengan ukuran 4 x 5 m.

Pembangunan Fisik Gereja

Pada tahun 1956 umat yang berdomisili di stasi Pulopulo ini pertama sekali memulai peribadahan yakni di kediaman bapak Unang Manurung tepatnya di desa Sibaruang Sosor Lintong. Sampai sekarang rumah Bapak Unang Manurung tersebut masih ada tetapi sudah pernah direhap. Keadaan yang seperti ini dialami oleh umat selama ± 2 tahun yakni mulai tahun 1956-1958. Pada saat itu perlengkapan liturgi belum ada, namun mereka tetap semangat menjalankan peribadatan.

Berkat bantuan Allah dan semangat yang tak kunjung putus di dalam hati seluruh uma, pada tahun 1972 seluruh umat stasi memutuskan untuk mendirikan gereja semi permanen. Bangunan gereja tetap di lokasi yang sama yakni di Desa Sibaruang Sosor Lintong dengan ukuran 7,5 x 12 meter yakni: berlantai semen, beratap seng dan berdinding papan (Setengah Beton) di atas tanah 100 x 100 meter. Tanah yang cukup luas dipakai sebagai tempat pembangunan gereja adalah berasal dari: Op. Maricce Sitorus, Op.Tiaman Manurung, Op.Bulihar Butarbutar, Op.Tiomas Butarbutar, Op.Hotna Sitorus dan yang menjabat sebagai ketua pembangunan pada saat itu adalah Op.Landus Manurung(+) dan yang menjabat sebagai bendahara adalah Op.Dame Butarbutar.

Umat terus berkembang. Hal itu membutuhkan bangunan yang lebih besar untuk menampung umat dan membantu kehikmatan beribadah. Maka tanggal 17 Oktober 2010, seluruh umat yang ada distasi pulo-pulo kembali mengadakan pesta peletakan batu pertama. Dua tahun kemudian tahun 2012 gereja yang baru terlaksana. Bangunan gereja semakin mantap. Selain itu, mereka juga berencana untuk membuat altar yang permanen, podium dan mengganti bangku. Ukuran gereja yang tengah dalam proses pembangunan tersebut adalah berukuran 10 x 16 meter dengan ukuran luas tanah 75 x 100 meter.

Kepengurusan dan Jumlah Umat Sekarang

Vorhanger I adalah bapak Op.Jonggur Sitorus mulai pertengahan tahun 1956-1981. Beliau inilah yang menjabat sebagai Vorhanger paling lama (25 tahun). Vorhanger II bapak A.Ressi Sitorus (1981-1999). A.Tarigan Sitorus sebagai vorhanger III (1999-2003). Tarida Sirait. (Vorhanger IV 2003-2009). Vorhanger V adalah bapak Yulian Elfrita Sitorus (2009-2014). Jumlah umat sampai tahun 2012 sebanyak 41 KK / 198 jiwa. Para pengurus gereja saat ini: Bernard Sitorus, Kaibon Butarbutar, Parno Butarbutar, Elpina Sinaga, Cosmas Sitorus, Rosida Sitorus, Samjos Manurung, Parsaoran Butubara, Miden Butarbutar dan Tarida Sirait.