Situasi Awal
Di tahun 1952 kekatolikan sudah masuk ke stasi yang di atas dana Toba ini. Namun baru di tahun berikutnya tahun 1953 mulai berdiri. Stasi tertua ke 7 di paroki ini pada awalnya jumlah umat 16 kk yang semuanya eks HKBP. Ke 16 kk itu antara lain: Mandur Muda Manurung dari Sosor Hasahatan, Ampu Surdin Manurung dari Siantar Mati, Sintua Yoseph Sinaga dari Juma Golat, Bapak Libanus Manurung dari Lumban Hariara. Dari huta Parlianan: Mail Manurung, Assi Manurung, Ernis Sinaga, A.Simbil Sirait. Kepala Rodi Manurung dari Sosor Tukkup; Bapak Ompu Ranto Manurung dari Sosor Tukkup; Dari huta Sonom: Mangundalit Silalah, Tubu Situmorang, Ador Situmorang, Raja Badia Manurung. Paniro Manurung dari Lumban Manurung, Bapak A.Hareja Manurung dari Sosor Mual. Ke 16 kk itu didampingi oleh Bapak Boni Pakpahan dan Bapak A. Nahum Sirait dari Ajibata. Tempat peribadahan pertama dilakukan di rumah Bapak Ompu Surdin Manurung.
Pembangunan Fisik Gereja
Sebelum umat yang berdomisili di stasi Motung ini mampu dan berhasil mendirikan sebuah bangunan gereja sebagai tampat peribadahan, maka mereka melakukan peribadahan di Rumah salah seorang umat yakni di rumah Bapak Ompu Surdin Manurung selama 1 tahun (1952). Bangunan gereja darurat pertama sekali berdiri dengan ukuran 7 x 5 meter. Bangunan itu selesai tahun 1953. Umat langsung mengadakan natal pertama di gereja tersebut pada tahun itu juga.
Pada tahun 1977, umat yang ada di stasi Motung sepakat untuk membangun gereja yang lebih luas dengan ukuran 5 x 9M. Tahun 1984 dibangun lagi gereja permanen dengan ukuran 7 x 12 M di lokasi yang sama. Tahun 2011, seluruh umat sepakat untuk melengkapi peralatan liturgi. Tidak lama kemudian, umat stasi ini berhasil mengumpulkan dana untuk membeli gambar Jalan Salib 2011. Gereja direhap dengan menambah jendela gereja untuk memperindah banguan. Hal yang masih dirindukan umat stasi ini adalah gereja belum diberkati oleh Bapak Uskup sampai pada saat ini. Hal ini terjadi karena bangunan gereja belum sempurna.
Kepengurusan dan Perkembangan umat
Vorhanger I adalah Bapak Paniro Manurung. Setelah beliau terpilih, mereka juga melakukan pemilihan para pengurus membantu vorhanger yaitu: Ompu Rensus Sinaga dan Togi Sirait anak dari A. Simbil Sirait. Bapak Ernis Sinaga sebagai vorhanger II sampai pada tahun 1975 dengan jumlah umat 22 KK. Vorhanger III T. Michael Sinaga. Vorhanger IV adalah Alexander Sitanggang dengan jumlah umat 33 KK. Vorhanger V-VI: T. Michael Sinaga (2002-2008). Vorhanger VII: Alexander Sitanggang dengan jumlah umat sebanyak 46 KK.
Sekarang stasi ini sudah mencapai 46 kk dengan jumlah jiwa 219 orang dibagi menjadi 3 lingkungan yaitu:Lingkungan St. Michael dengan pengurusnya: Bapak T.Michael Sinaga, Ibu Berliana Sirait, Bapak A.Linda Sitanggang, Bapak D.Sinaga, Bapak M.Sinaga, Bapak L.Sitanggang, Bapak P.Manurung, Jannes Sidabutar. Lingkungan St. Paulus dengan pngurus: Bapak E.Manurung, Bapak G.Sinaga. Lingkungan St. Thomas dengan pengurus: Bapak G.Manurung, Ibu D.Sirait
Kepengurusan dan Jumlah Umat Sekarang
Setelah kepengurusan Marasal Manurung maka dilanjutkan kepada bapak Tandol Tampu Bolon. Belum beberapa bulan umat sudah bertambah menjadi 55 KK, tetapi sekarang yang aktif 52 KK. Adapun susunan kepengurusan gereja masa jabatan bapak Tandol Tampu Bolon adalah: Baren Nadapdap, Sunggu Manurung, Rimsana Tamba, Marince Manik, Bonggas Sirait, Marasal Manurung, Ramot Sirait, dan Jomat Naibaho.