Situasi Awal

Repasileutu
Gereja saat bersatu dengan Sigaolgaol

Kunjungan pertama P.Jenniskens OFMCap ke stasi ini pada tahun 1959. Kunjungan itu disambut dengan baik oleh masyarakat di desa ini. Bagaikan gayung bersambut, warga dari Sileutu, Lumban Sinaga, dan Repa Dolok melakukan pertemuan di Lumban Sinaga untuk membicarakan tentang setuju atau tidaknya gereja Katolik berdiri di desa itu, dan mereka menyetujuinya. Maka ibadat dilakukan di rumah Jaliasing Kasianus Manik selama kurang lebih 3 minggu sebelum adanya bangunan gereja. Pada tahun yang sama umat pindah beribadat ke rumah Josep Manik dengan alasan bahwa rumah beliau luas dan tidak ditempati lagi.

Pembangunan Fisik Gereja dan Perkembangan Umat

Satu tahun kemudian, stasi ini langsung berdiri tepat di tahun 1960 pada kunjungan kedua P.Jennis Kens memastikan apakah umat memang berminat ke katolik. Saat itu umat sudah melakukan ibadat kurang lebih selama 3 minggu. Melihat hal itu pastor Jenniskens OFMCap menggagasi untuk mengadakan pembangunan gereja katolik.

Tahun itu juga diadakan pembangunan gereja darurat yang terletak di Lumban Sinaga dengan alasan berada di pertengahan kampung antara Sileutu dan Repa Dolok. Pertapakan yang digunakan berukuran 10x15m dengan ukuran gereja 6x10m. Pertapakan merupakan tanah milik Marga Sinaga kampung Sileutu sebagai Raja Huta yang diatasnamakan bapak Purba Sinaga. Tanah diberikan sebagai hak pakai.

Tahun 1960 umat berjumlah 17 kk. Saat ini umat masih bersemangat dalam melaksanakan ibadat. Hal ini terlihat dari keaktifan umat baik dalam gereja maupun doa lingkungan. Doa lingkungan diadakan di Repa Dolok dan di Sigaol-gaol untuk memudahkan umat melakukan doa mengingat rumah umat yang saling berjauhan.
Pada awal berdirinya katolik di stasi ini sebagai petugas liturgi adalah Jaliasing Manik, Benggol Manik dan Nahor Sinaga secara bergantian dibantu oleh katekis dari Parapat. Saat ini sebagai petugas liturgi dilakukan oleh pengurus gereja dan dibantu oleh umat secara bergiliran. Jumlah umat terus mengalami perkembangan dan tahun 2012 umat yang berada di stasi Repa Sileutu berjumlah 47 kk.

Pemberian Nama Stasi

Tempat berdirinya gereja yakni Lumban Sinaga. Sedangkan umat stasi ini berasal dari 2 kecamatan yang berbeda. Repa berada di kecamatan Sidamanik dan Sileutu berada di kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Kedua nama itu digabungkan menjadi satu yaitu Repa Sileutu. Nama tersebut didasari oleh kecamatan yang berbeda.

Kepengurusan dan Jumlah Umat Sekarang

Pada awal berdirinya umat berjumlah 17 kk. Di tahun 2012 jumlah umat sudahmencapai 47 kk dengan jumlah jiwa 267 orang. Para vorhanger yang pernah menjabat: Jaliasing Kasianus Manik (1960), Benggol Manik (1961-1978), Nahor Sinaga (1979-1991), Budiman Sidabutar (1992-2000), Usman Sitorus (2001-2005), Parulian Manalu (2006-2007), Johor Sinaga (2009-20011) dan Usman Sitorus (2011-2014).

Kepemimpinan Usman Sitorus diperkuat para sintua sebagai berikut: Johor Sinaga sebagai wakil vorhanger, sedangkan para anggotanya ialah Forest Sinaga, Aris Sugianto Silalahi, Hotlen Sidabutar, Rida Boru Manik, Baktiar Simanjuntak, Ria Marhainita Situkkir, Rina Sinaga, dan Mesdiana Sidabutar.