Situasi Awal
Stasi ini berdiri tahun 1965. Pada tahun itu ada sebanyak 7 KK yakni: keluarga Bapak Pangaloan Sinaga, keluarga Bapak Samban Sinaga, keluarga Bapak Matias Sinaga, keluarga Bapak Posman Ambarita, keluarga Bapak Kristian Sipakkar, keluarga Bapak Ojur Sitorus, dan keluarga Bapak Japet Sitorus. Ke 7 keluarga tersebut selama 5 tahun melaksanakan peribadatan di kediaman bapak Pangaloan Sinaga. Katekis pertama ke stasi ini adalah A.Ridu Sitorus selaku pengurus gereja di Stasi Aek Na Tolu untuk memberikan pendampingan selama 3 tahun.
Lokasi gereja sekarang adalah tempat P.Jenniskens OFMCap pernah dilempar orang dari semak-semak tahun 1960 saat pulang dari stasi Aek Natolu. Namun beliau tidak melihat orang yang melemparnya. Kemudian P.Jenniskens turun dari Sepeda motornya lalu naik ke lokasi arah lemparan dan langsung berlutut dan berdoa. Isi doanya adalah agar kelak tempat ini menjadi lokasi berdirinya bangunan gereja. Sepuluh tahun kemudian doanya dikabulkan oleh Tuhan. Tanah itu diberikan oleh Bapak Pangaloan Sinaga.
Pembangunan Fisik Gereja
Gereja darurat pertama berdiri tahun 1970 dengan ukuran 4x5m. Kemudian pada tahun 1983, seluruh umat kembali bermusyawarah untuk merencanakan pembangunan gereja yang lebih besar karena alasan keadaan umat yang semakin bertambah sehingga gereja darurat tersebut tidak sanggup lagi untuk menampung umat. Tidak lama kemudian, ukuran gereja ditambah kebelakang yakni bagian Altar dengan ukuran menjadi 7 x 14 m tepatnya pada tahun 2002. Ketua pembangunan pada saat itu adalah Bapak Japet Sitorus (Op.Lina Sitorus), bendahara Ibu Erika Sinaga.
Kepengurusan dan Jumlah Umat Sekarang
Tahun 1966-1974 terpilihlah Bapak Kristian Sipakkar sebagai Vorhanger I. Kemudian tahun 1975-1990 vorhanger II adalah Bapak Kales Johannes Sinaga. Pada tahun 1991, Vorhanger III dilanjutkan oleh Bapak Markamin Sinaga. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000, yang menjabat sebagi vorhanger IV adalah Bapak Baginda Manurung. Tahun 2000-2002 jabatan sebagai vorhanger V kembali kepada Bapak Markamin Sinaga. Kemudian tahun 2003, jabatan sebagai vorhanger VI dilanjutkan kembali oleh Bapk Baginda Manurung. Kemudian tahun 2005-2011, yang menjabat sebagai vorhanger VII adalah Bapak Bilman Agustinus Silalahi. Pada pertengahan tahun 2011-2014 yang menjabat sebagai vorhanger ialah Bapak Sohot Parulian Tua Sinaga. Para sintuanya adalah: Bilman Agustinus Silalahi, Manogar Sinaga, Basaria Simbolon, Penti P.Sinaga, Sopia Butarbutar, Henri Sinaga, Flora K.Sinaga, Mestina Sinaga, dan Togi Malau.
Tanggal 28 Agustus 2011 stasi ini diberi nama pelindung yaitu Santo Agustinus Hippo untuk menggantikan nama lama Betlehem oleh P.Donatus Marbun OFMCap. Sekarang jumlah umat sudah mencapai 77 KK dengan jumlah jiwa 390 orang.